Monday, December 15, 2008

Teroris Pasirkuda (Part III)

Adalah sebuah keniscayaan, jika anda mengatakan sesuatu yang salah dihadapan mereka, maka pulanglah kalian ke negara asal kalian. Seorang teman baik saya yang bekerja di perusahaan minyak raksasa pernah mengalaminya. Salah menjawab lalu dipulangkan oleh pemerintah negara adidaya itu.

"What is the purpose of your visit?"
adalah kalimat pertanyaan sakti yang akan muncul sebagai 'ibu' dari segala pertanyaan yang mengikutinya. Jika kalian tidak mempersiapkan jawaban jauh hari, maka bersiaplah untuk berperang secara psikologis dengan mereka.

Saya menjawab apa adanya. Tidak melebih-lebihkan, apalagi berbohong. Tapi yang menarik adalah, menjawab seorang petugas yag mungkin dilatih untuk terlihat 'curiga' dan membatasi senyum adalah keasyikan tersendiri. Terlebih petugas wanita ini ternyata berdarah Latinos, terlihat dari nama yang tertera di dadanya. Mulailah psi war ia lancarkan, cara memenangkannya adalah berpikir bahwa dia tidak lebih cerdas dari saya...dan memang, itu adalah suatu kenyataan yang ternyata sangat mutlak.

Dia menanyakan hal-hal teknis mengenai pekerjaan saya, yang saya yakin ketika saya jawab, ia sesungguhnya tidak paham tapi pura-pura paham. Dia menanyakan urusan saya dengan masalah lintas negara, maka saya menjawab sekenanya sesuai dengan pemahaman dia yang segitu-segitunya saja. Terbukti, dia tidak tahu kalau Indonesia bertetangga dengan Australia.

"What has Australia got to do with the possibility of a border dispute with your country?"

are you kidding??? kata saya dalam hati

Sebuah pertanyaan dungu yang membuat saya sedikit mual untuk menjawab. Tapi pertanyaan demi pertanyaan berlalu, dan anehnya dia malah semakin curiga. Saya mulai khawatir, karena sudah 2 jam lebih saya masih disitu juga, sedangkan saya harus segera menuju connecting flight ke Houston.

Entah kenapa tidak lama kemudian dia keluar dari ruangan lalu kembali lagi setelah 10 menit dengan membawa 2 gorilla yang lain. Jadilah pertarungan antara 3 orang dungu melawan satu pemuda dusun dari Pasirkuda yang kelelahan. Salah satu dari ketiga orang itu menunjukkan sesuatu pada saya. Sebuah dokumen yang menyatakan bahwa saya sudah mengunjungi beberapa negara yang masuk kedalam list negara paling dicurigai.

"Anda ngapain aja ke negara-negara ini berkali-kali ditahun sekian dan tahun sekian...?"
Kata salah satu gorila itu.

"Dinas..." saya jawab singkat.

"Mana ada dinas didaerah konflik?"

"Kenapa tidak? tentara amerika saja dinas di negara konflik"

"Ya, tapi anda bukan tentara!" dia mulai kepanasan

Waktu berlalu, saya mulai merasa seperti copet Pasar Senen yang sedang diinterogasi polsek Jakarta Timur. Perdebatan berlangsung hangat, dan samar-samar saya sudah melihat Guantamo Bay di pelupuk mata haha...

Dan ketika salah satu dari mereka mengangkat telfon, saya menduga dia akan memanggil lagi petugas, mungkin orang NSA, alias sekelompok gorila yang agak intelek sedikit, saya mulai melancarkan senjata pamungkas.

"wait...!"

Mereka menghentikan aktivitasnya, lalu menatap saya dalam-dalam.

"I have a message from your government" lalu saya keluarkan surat sakti dari pemerintahnya sendiri yang menyatakan siapa saya. Mereka membacanya, lalu terdiam.

"Excuse me sir, may I call these people?" katanya seraya menunjuk beberapa list nama orang penting di lembaga yang sangat penting pula. Tidak lama kemudian terdengar si gorilla itu seperti dimarahi oleh orang yang tertera di surat itu, tampak dari cara dia menjawab telfon dengan nada yang rendah dan kebanyakan 'sorry' nya. Tidak lama kemudian, dia masuk dengan muka agak merah dan langsung berdiskusi dengan teman-temannya. Mereka kelihatan grogi.

"err...I really am sorry sir, you didn't confirm us that you...."

Lebih mengharukan lagi haha..salah satunya menawarkan kopi...

Apa sih surat itu? saya tidak dapat menceritakannya disini, tapi surat itu erat kaitannya dengan sejarah saya ketika saya dinas di salah satu lembaga pemerintahan milik mereka, dan kebetulan sekali lembaga itu berada dibawah Presiden Amerika Serikat secara langsung.

Akhirnya saya diperbolehkan pergi dengan tenang. Lalu kalian pasti bertanya kenapa tidak dari awal saja saya keluarkan surat sakti itu.

Wah cuma saya yang tahu. Orang Pasirkuda juga boleh dong sekali-sekali mengetes kehebatan orang Amerika hehe.........

Ternyata "teroris Pasirkuda" agak lebih baik lah sedikit.

~end

6 comments:

  1. fyuh..... akhirnya tamat juga *ngurut dada ngelap kesang*
    hmm... enjing mun papendak kedah nyandak notes kangge nyungkeun tanda tangan teroris pasir kuda huehehe... *piss, bari nyumput sieun dites :p*

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah tamat....bari jeung tetep weh panasaran, surat naon tah???? hehehe...
    enya euy bener teh echi, nyumpuuuuuuttttttt... sieun di tes ;)) :D

    ReplyDelete
  3. pasti surat eta nu nyatakeun mang cantel teh agen CIA di indonesia nya....jadi curiga yeuh...

    *isuk2 alim ah ceting deui..bilih milarian rahasia nagara....

    ReplyDelete
  4. ^^ Agen cabang paskud nyak.. .

    kek abdimah mun ka luar nagreg arek nyhunkeun dianteur kang Dudi wae... meh aman dan nyaman diperjalanan....

    ReplyDelete
  5. owh sukur atuh kang ternyata surat dari bitah berguna juga..
    isi suratnya emang singkat disana dijelaskan klo akang bekerja untuk bitah dan tujuan akang ke Amerika waktu ituh buat mengambil cucian yang ada di londri di Huoston
    lain kali klo mau ke luar negeri nanti bitah kasih surat lebih sakti lagi cukup dengan satu kalimat "ulah macem macem 'bell bisi di ketrok"

    ReplyDelete
  6. Echi: alim masihan ttd ka eci mah, kecuali eci ttd oge di sebelah kiri...

    Laisya: surat naun nyak?? sy ge teu maca da huehehehe

    Nafis: leres mang CIA alias Cantel Izin Absen

    Hadie: sok lah dianteur nepika bandara hehehe

    Bitah: tadi Mas Ari tlp deui wkwkwkwk...

    ReplyDelete